Skip to main content

Sebuah Cerita Tentang Kusta

 

Oleh : Ahmad Miftahul Farohi

Kusta, atau yang biasa disebut lepra adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan, yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin. Kusta atau lepra ini dapat ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit.

Saya adalah salah satu orang yang mungkin baru saja terkena kusta. Saya sebenarnya tak tahu pasti apakah penyakit yang menimpa saya ini adalah memang kusta atau justru penyakit lain. Hal itu dikarenakan, setelah saya melakukan pemeriksaan kepada dokter di tiga tempat―yaitu puskesmas terdekat dan dua lainnya adalah klinik― ketiga dokter di tiga tempat tersebut justru tak tahu apa penyakit yang saya derita ini. Kalaupun benar penyakit yang saya derita ini adalah kusta, saya tak tahu dari siapa dan di mana saya tertular.

Sebenarnya, ketika saya periksakan di puskesmas, dokter yang memeriksa saya sempat mengatakan bahwa saya terkena penyakit kusta, namun ia mengatakan bahwa ia juga tak tahu pasti benar atau tidaknya. Ia bilang bahwa dokter yang memang ahlinya sedang melayani vaksinasi di salah satu sekolah kecamatan saya, yakni kecamatan Menes, kabupaten Pandeglang, sehingga tidak bisa dihubungi. Lalu ia mengatakan kepada saya bahwa saya dipersilakan untuk menulis nomor telepon yang bisa dihubungi untuk kembali lagi melakukan kontrol di puskesmas. Setelah itu, pada akhirnya ia memberikan resep obat sementara untuk diminum. Namun, walaupun saya telah menuliskan nomor telepon yang bisa dihubungi, sampai tulisan ini dibuat sekalipun belum ada yang menghubungi saya dari pihak puskesmas, sehingga saya merasa kecewa dengan pelayanannya.

Gejala pertama yang saya alami yaitu munculnya hilang rasa di jempol tangan kiri saya, bahkan jempol tangan kiri ini menjadi terlihat lebih besar dari jempol tangan kanan. Keesokannya, hilang rasa itu muncul di daun telinga kanan saya dan di bawah rahang sebelah kanan saya. Sama halnya dengan jempol, daun telinga kanan saya terlihat membesar ketika saya lihat dari cermin. Di bawah rahang saya juga seperti itu ketika saya menyentuh dan merasakannya. Bahkan saat saya periksa ke puskesmas, dokternya bilang bahwa terdapat bercak merah di daun telinga tersebut. Sehingga dari situlah ia menyimpulkan bahwa kemungkinan penyakit yang saya alami ini adalah kusta.

Tak selesai di situ. Keesokannya lagi, muncul hilang rasa disertai lesi berwarna merah di lengan atas bagian kanan, di dekat pergelangan tanga, namun untungnya tak sampai sikut, hanya sampai lima sentimeter saja. Sore harinya, muncul lagi hilang rasa disertai lesi berwarna merah itu di betis kaki kiri sebelah samping, hanya saja warnanya tak terlalu terlihat.

Keesokannya, lagi-lagi muncul hilang rasa disertai semacam lesi di paha sebelah kanan saya. Terlihat lesi itu membentuk bundar, berwarna kemerahan, dan tak terasa apapun ketika disentuh. Lagi-lagi tak hanya di situ karena keesokannya lagi muncul hilang rasa dan semacam lesi berwarna kemerahan di leher belakang saya. Itu pun saya sadari ketika sedang berada di tempat pangkas rambut, tepatnya ketika melihat cermin belakang lewat cermin depan di tempat pagkas rambut tersebut.

Semenjak kemunculan penyakit tersebut, apalagi semenjak kemunculan di daun telinga, saya merasa agak minder dan tidak percaya diri ketika keluar rumah. Hal itu dikarenakan muncul rasa khawatir dan malu pada diri saya. Khawatir diolok-olok dan dipermalukan oleh teman-teman, sehingga membuat saya jadi jarang keluar rumah, bahkan utuk sembahyang berjamaah sekalipun.

Namun, lama-kelamaan saya berpikir dan bergumam, untuk apa merasa minder, khawatir, dan malu? Toh, olok-olok dari mereka tidak akan memengaruhi rezekimu di dunia. Olok-olok mereka hanya sebatas angin lalu. Banyak di luar sana yang bahkan mungkin hidupnya lebih tidak seberuntung kamu. Kamu harus yakin dan percaya diri. Mentalmu harus kuat. Namanya kehidupan tidak akan selamanya manis. Kamu harus bisa menghadapi pahitnya kehidupan.

Setelah berpikir seperti itu, saya akhirnya bertekad untuk bangkit kembali. Walaupun dengan penyakit yang kemungkinannya adalah kusta, saya harus tetap menjalani dan melanjutkan kehidupan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan meskipun menderita kusta. Ada banyak mimpi yang perlu diraih dan diwujudkan meskipu menderita kusta. Toh, kusta itu bukan kutukan. Kusta itu penyakit yang bisa disembuhkan, pasti bisa disembuhkan. Kita hanya tinggal menunngu waktu untuk itu. Tetap semangat menjalani kehidupan!

 #SUKA #NLRxKBR #LombaNLRxKBR #IndonesiaBebasKusta #SuaraUntukIndonesiaBebasKusta #Stopstigmakusta

Comments

Popular posts from this blog

Trauma pada Suara ‘Bentakan’?

  #DearSenjaBlogCompetition Beberapa hari yang lalu, saya menemukan sebuah postingan di Instagram tentang lomba menulis blog yang diselenggarakan oleh Dear Senja ( https://www.dearsenja.com/ ). Tema yang diusung cukup membuat saya tertarik untuk berpartisipasi dalam lomba tersebut. Alhasil, saya memutuskan untuk segera membuat tulisan ini. Ilustrasi | Sumber: Dokpri. Pada saat tulisan ini dibuat, saya masih seorang mahasiswa semester akhir yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Sebenarnya, saya bisa saja ngebut dalam mengerjakan tugas akhir saya ini karena menurut saya skripsi itu mudah. Hal yang membuatnya menjadi sulit adalah gangguan-gangguan yang sering datang ketika akan dan sedang mengerjakannya, dari godaan media sosial, hingga keadaan rumah yang seperti “neraka” bagi penghuninya. Seorang wanita Saya adalah seorang anak piatu. Ibu saya meninggal saat saya masih berusia tiga tahun. Setelah Ibu tak ada, saya diurus oleh Ayah seorang sampai pada akhirnya Ayah memutuskan u...

Belajar Data Science Lancar Tanpa Ngelag dengan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)

Sebagai mahasiswa semester akhir, saya tentunya dituntut untuk memiliki skill yang akan digunakan dalam dunia kerja. Skill yang dibutuhkan sesuai jurusan saya adalah mengajar. Ya, mengajar. Hal itu dikarenakan saya berkuliah di jurusan yang amat sangat berkaitan dengan dunia pendidikan, tepatnya jurusan Pendidikan Matematika. ASUS Vivobook Pro 14 OLED | asus.id Namun sejujurnya, saya kurang begitu senang jika disuruh mengajar. Bukan karena tidak ikhlas atau sejenisnya. Melainkan karena tiap kali dipercaya untuk mengajar, saya merasa takut tidak bisa menjadi pengajar yang baik untuk siswa. Hal itu disebabkan oleh karena saya merasa bahwa kemampuan public speaking saya yang masih kurang dan jauh dari sempurna. Sehingga saya khawatir, bukannya membuat siswa betah dan nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran, malah membuat siswa cenderung bosan dan malas untuk memerhatikan. Untuk itu, karena saya merasa sepertinya saya tidak bisa menjadi maksimal jika mengajar, maka saya berpikira...

Menyebarkan Kebahagiaan: Makna Berbagi Senyum Bersama Dompet Dhuafa Melalui Zakat

Ilustrasi seseorang sedang berzakat | Sumber: pixabay.com/ahmadi19 Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan pentingnya berbagi kebahagiaan. Sebagai masyarakat yang memiliki kepekaan sosial, kita harus selalu ingat bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang apa yang kita miliki, tetapi juga tentang apa yang kita berikan. Salah satu cara untuk berbagi kebahagiaan adalah melalui zakat dan program "30 Hari Jadi Manfaat" yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa . Zakat: Lebih dari Sekadar Kewajiban Sebagai seorang Muslim, zakat adalah bagian dari kewajiban agama yang harus dipenuhi. Namun, menurut penulis, zakat memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar kewajiban. Zakat adalah wujud dari kepedulian dan kasih penulisng kita terhadap sesama. Dengan menunaikan zakat, kita membantu meringankan beban mereka yang kurang beruntung dan memberikan mereka kesempatan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Dompet Dhuafa...