Skip to main content

Malam Penuh Flashback - Cermin

Sumber foto : pexels.com

           Malam itu, aku sedang duduk di teras depan rumahku. Memandangi langit yang indah dengan kehadiran bulan dan bintang-bintang. Diramaikan dengan suara khas dari jangkrik-jangkrik di samping rumah. Juga suara anak kecil yang sedang bermain di depan rumahku setelah sebelumnya mereka selesai mengaji dari rumah tetanggaku.

            Cuaca malam itu sungguh sejuk. Angin berhembus dengan halusnya. Membuat aku, istriku yang menemaniku, maupun anak kecil yang sedang bermain merasa nyaman dan tentram. Saat sedang asyiknya mengobrol dengan istriku sambil melihat anak-anak kecil bermain, tiba-tiba handphoneku berdering. Istriku mengambilnya ke dalam lalu memberikannya padaku. Seseorang memanggil, dengan nomor yang tak aku kenal, karena memang tak ada pada kontakku. Lalu kuangkat teleponnya.

            “Assalamu’alaikum, hallo!” aku mulai bicara.

            “Wa’alaikumus salam, iya hallo!” jawab seseorang di sana. Suara seorang laki-laki yang rasanya ku kenal, namun lupa orangnya. Kemudian dia memperkenalkan diri guna mengingatkanku tentang siapa dirinya. Setelah itu, barulah aku ingat bahwa dia adalah Jaenudin, teman sebangkuku di SMA dulu. Kami berbincang-bincang lewat telepon dengan asyiknya, mulai dari karir saat ini, perjuangan meraih karir, hingga mengingat kejadian masa-masa sekolah. Saat ini ia sukses menjadi seorang apoteker di kotanya, karena memang saat sebelum masuk kuliah dulu hanya dia dari empat orang di kelas kami yang lolos seleksi beasiswa di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) salah satu universitas di Jakarta. Dan aku sendiri lolos seleksi nasional di salah satu universitas negeri terdekat dari rumahku, namun bukan jalur beasiswa. Tapi itu tidak membuatku lengah. Alhamdulilah aku berhasil meraih impianku dengan menjadi seorang dosen matematika yang merupakan alumni dari Universitas Leiden, salah satu universitas ternama di Belanda yang menghasilkan alumni seorang ilmuan dan fisikawan, Albert Einstein. Dan alhamdulillah aku bersyukur bisa lulus dengan nilai IPK summa cum laude, yaitu 3,87.

            Kembali ke telepon, kami terlihat asyik sekali mengobrol walaupun hanya lewat telepon dan berharap bisa datang di acara reuni beberapa bulan lagi. Flashback, itulah yang banyak kami bicarakan di telepon. Teringat kejadian-kejadian yang pernah kami alami semasa sekolah dulu, mulai dari kejadian lucu, menegangkan, hingga haru. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, dua jam sudah kami mengobrol lewat telepon dari pukul 20.00 WIB, dan flashback menjadi topik utama obrolan kami. Dan kami menyudahi obrolan itu karena memang sudah waktunya untuk beristirahat. Aku mengakhiri panggilan sambil berharap kami dengan teman alumni lainnya dapat berkumpul pada waktu yang telah direncanakan, tidak hanya wacana melainkan benar-benar jadi. Menceritakan pengalaman pahit manis kehidupan dan bahkan sambil ingin minta solusi kepada wali kelas kami yang merupakan seorang ustadz dan menantu ibu kepala sekolah. Sehat selalu kawan semua.

Comments

Popular posts from this blog

Data Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2020 – 2022 (Berdasarkan Data BPS Banten)

Kemiskinan adalah permasalahan sosial yang serius di seluruh dunia. Hal ini terjadi ketika individu, keluarga, atau komunitas tidak memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan peluang lainnya yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan taraf hidup mereka. Kemiskinan tidak hanya melibatkan keterbatasan finansial semata, tetapi juga kekurangan dalam berbagai aspek kehidupan. Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan sering mengalami kesulitan dalam memperoleh makanan yang cukup, air bersih, sanitasi yang layak, perumahan yang layak, pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja yang layak. Mereka sering terperangkap dalam lingkaran kemiskinan yang sulit untuk ditinggalkan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan dalam suatu negara atau wilayah adalah jumlah penduduk miskin. Data tentang jumlah penduduk miskin membantu dalam memahami dan merencanakan kebijakan untuk mengatasi masalah ke

Menggali Kelebihan ASUS Vivobook Go 14 Flip yang Bikin Saya Jatuh Cinta

  Kemarin siang, sekitar pukul 14.00 WIB, saya menjalani proses wawancara yang sangat dinanti-nantikan. Wawancara ini dilakukan secara daring melalui platform Google Meet, tautan untuk pertemuan ini telah dikirimkan oleh pihak HRD sebelumnya. Sumber foto: asus.com Awalnya, saya sangat bersemangat menunggu momen ini karena merupakan pengalaman pertama saya mengikuti wawancara. Namun, ketika HRD masuk ke dalam ruang virtual, saya segera menghadapi kendala yang tidak terduga. Suara yang saya ucapkan tidak terdengar di sisi mereka, sementara suara HRD terdengar dengan jelas di pihak saya. Ketika menghadapi masalah ini, perasaan saya menjadi sedikit terguncang. Saya berharap semuanya akan berjalan lancar, mengingat saya sebelumnya tidak pernah mengalami masalah serupa saat menggunakan platform lain seperti Zoom Meeting dengan perangkat keras yang sama. Namun, ternyata situasinya berbeda kali ini. Akhirnya, HRD mengambil inisiatif untuk melanjutkan wawancara melalui WhatsApp dengan tujuan me

Belajar Data Science Lancar Tanpa Ngelag dengan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)

Sebagai mahasiswa semester akhir, saya tentunya dituntut untuk memiliki skill yang akan digunakan dalam dunia kerja. Skill yang dibutuhkan sesuai jurusan saya adalah mengajar. Ya, mengajar. Hal itu dikarenakan saya berkuliah di jurusan yang amat sangat berkaitan dengan dunia pendidikan, tepatnya jurusan Pendidikan Matematika. ASUS Vivobook Pro 14 OLED | asus.id Namun sejujurnya, saya kurang begitu senang jika disuruh mengajar. Bukan karena tidak ikhlas atau sejenisnya. Melainkan karena tiap kali dipercaya untuk mengajar, saya merasa takut tidak bisa menjadi pengajar yang baik untuk siswa. Hal itu disebabkan oleh karena saya merasa bahwa kemampuan public speaking saya yang masih kurang dan jauh dari sempurna. Sehingga saya khawatir, bukannya membuat siswa betah dan nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran, malah membuat siswa cenderung bosan dan malas untuk memerhatikan. Untuk itu, karena saya merasa sepertinya saya tidak bisa menjadi maksimal jika mengajar, maka saya berpikira